PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat kesehatan fisik
maupun psikis yang tak ternilai harganya. Dia pulalah yang telah berfirman agar
kita semua menjalankan ibadah puasa yang di dalamnya mengandung hikmah positif
bagi kesehatan.
يآ أيّها الّذين آمنُوا
كُتِبَ عَليْكُمُ الصِّيامُ كما كُتِبَ على الّذين مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُوْنَ
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.” (QS.
Al-Baqarah: 183)
Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada Rasulullah Muhammad saw. yang telah memerintah kita untuk
berpuasa agar menjadi sehat. “Shuumuu tashihhu. Berpuasalah kamu, agar kamu
sehat.” (HR. Bukhari).
Puasa
merupakan rangkaian aktivitas yang istimewa. Pada saat berpuasa, terutama saat
bulan Ramadhan kita dilatih untuk jujur pada diri sendiri. Puasa juga merupakan
awal untuk memperbaharui jiwa kita yang telah terjangkiti penyakit, baik fisik
maupun mental. Dengan kata lain, puasa bisa menghadirkan kesehatan yang
paripurna bagi fisik dan mental, tanpa melalui terapi, obat-obatan, dan proses
medis lainnya.
Dalam
makalah ini kami insyaallah akan membahas tentang puasa dan manfaat atau
hikmahnya dalam kesehatan fisik dan mental.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian puasa?
2. Apa
saja keutamaan-keutamaan dalam puasa khususnya dalam bulan Ramadhan?
3. Apa
hikmah berpuasa bagi kesehatan fisik dan mental?
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian
Puasa
Secara
etimologis, puasa berarti menahan. Allah swt. menceritakan apa yang harus
dikatakan Maryam,
فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا.
فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ اْلبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَانِ
صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ اْليَوْمَ إنْسِيٍّا
“Sesungguhnya
aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan
berbicara dengan siapa pun pada hari itu,” (QS. Maryam [19]:
26).[1]
Secara
terminologis, Puasa adalah menahan diri dari makan dan minum, dan
hasrat seksual mulai terbit fajar hingga terbenam matahari.[2]
Dalam
Islam, puasa adalah rukun Islam yang ketiga yang wajib dilaksanakan seorang
muslim yang mukallaf, bentuknya dengan menahan diri dari segala yang
membatalkannya mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari, dan wajib
dilakukan sesuai dengan syarat, rukun, dan larangan yang telah ditentukan.[3]
Secara
syara’, dalam kitab Fathul Qorib dijelaskan bahwa:
وشرعا امساك عن مفطر بنية
مخصوصة جميع نهار[4]
Artinya,
secara syara’, puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa,
dengan niat tertentu, mulai dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari.
B. Keutamaan-keutamaan
dalam Puasa[5]
Puasa
pada bulan Ramadhan memiliki keutamaan-keutamaan sebagai berikut:
1. Menghapus
dosa
Puasa
Ramadhan, bila dikerjakan dengan iman dan ikhlas, bukan saja akan mendatangkan
pahala yang berlipat ganda, tapi juga akan menghapuskan berbagai dosa, baik
yang terlanjur kita kerjakan di masa lalu maupun yang akan datang. Rasulullah
saw. bersabda,“Barangsiapa puasa Ramadhan dengan (didasari) keimanan dan
semata-mata mengharap Ridha-Nya, maka akan diampunkan dosa-dosanya di masa
lalu”(HR. Bukhari Muslim). Dalam riwayat lain ada tambahan “wa
ta-akkhara”, dan dosa-dosa yang akan datang.
2. Ibadah
istimewa
Puasa
adalah salah satu ibadah yang mempunyai kedudukan istimewa di sisi Allah. Di
samping ia merupakan benteng yang ampuh bagi pelakunya dalam menangkal hawa
nafsu, puasa juga merupakan satu-satunya ibadah yang benar-benar murni dan
tulus karena Allah. Seperti dalam hadits qudsi berikut:
“Rasulullah
SAW. bersabda: Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Semua amalan anak Adam (bisa
kembali) kepadanya kecuali puasa. Maka, sesungguhnya puasa itu tulus bagi-Ku,
dan Aku sendirilah yang akan membalasnya. (Selain itu) puasa (juga) sebagai
benteng. Karena itu, jika salah seorang dari kamu berpuasa, janganlah berkata
kotor dan jangan pula mengacau. Lalu, jika ada seseorang yang memaki atau
memusuhinya, hendaklah ia (cukup) menjawab: “Sesungguhnya aku sedang
berpuasa!”… (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Hikmah
utama
Sebagaimana
telah dimaklumi, bahwa dihadirkannya manusia di bumi tak lain adalah untuk
mengabdi kepada Allah Sang Pencipta. Karena itu, nilai dan harkat manusia
sangat ditentukan oleh kapasitas peribadatannya. Setiap peribadatan
(ibadah mahdhah) dalam Islam mempunyai nilai pembentukan akhlak.
Dan akhlak inilah nilainya bagi manusia.
Puasa
(Ramadhan) merupakan pembinaan akhlak yang dilakukan selama satu bulan, dan
rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Semua proses dalam puasa selama sehari
selama satu bulan penuh ini sangat efektif untuk pembinaan akhlak dan pribadi
manusia, bila benar-benar diamalkan secara ikhlas.
C. Hikmah
Puasa Bagi Kesehatan Fisik dan Mental
Sesungguhnya
hakikat dari berpuasa adalah untuk menahan hawa nafsu, yang mana hawa nafsu
tersebut adalah musuh setiap insan yang bertakwa. Dan dari puasa itu, ada
banyak sekali hikmah yang bisa ditemukan dan dikaji, khususnya dalam hal fisik,
yaitu menyehatkan fisik manusia, juga dalam masalah kejiwaan. Beberapa hikmah
yang telah diteliti dan dibuktikan kebenarannya adalah sebagai berikut.
Ø Hikmah
puasa bagi kesehatan fisik
Puasa
ditinjau dari kesehatan fisik, banyak mengandung hikmah atau manfaat[6]. Nabi Muhammad SAW. bersabda, “Berpuasalah
kamu, niscaya kamu akan sehat”.[7]
Manfaat
puasa bagi kesehatan dapat dibuktikan secara empiris ilmiah, meski harus
menahan makan dan minum sekitar 12-24 jam. Apabila orang lapar, perutnya akan
memberikan reflex ke otak secara fisiologis. Dengan adanya pemberitahuan tadi,
otak akan memerintahkan kelenjar perut untuk mengeluarkan enzim pencernaan. Zat
inilah yang akan menimbulkan rasa nyeri, khususnya bagi penderita maag. Tapi,
bagi orang yang berpuasa, rasa sakit tersebut tak timbul karena otak tidak
memerintah kepada kelenjar perut untuk mengeluarkan enzim tadi.[8]
Dari
berbagai penelitian, berpuasa terbukti memberi kesempatan beristirahat bagi
organ pencernaan, termasuk system enzim maupun hormon. Dalam keadaan tidak
berpuasa, system pencernaan dalam perut terus aktif mencerna makanan, hingga
tak sempat beristirahat. Dan, ampas yang tersisa menumpuk dan bisa menjadi
racun bagi tubuh. Selama berpuasa, system pencernaan akan beristirahat dan
memberi kesempatan bagi sel-sel tubuh khususnya bagian pencernaan untuk
memperbaiki diri.[9]
Dr.
Muhammad Al-Jauhari seorang guru besar dari Universitas Kedokteran di Kairo
mengatakan bahwa puasa dapat menguatkan pertahanan kulit, sehingga dapat
mencegah penyakit kulit yang disebabkan oleh kuman-kuman besar yang masuk dalam
tubuh manusia.[10]
Puasa
juga bisa menghindarkan kita dari potensi terkena serangan jantung. Karena
puasa akan mematahkan terjadinya peningkatan kadar hormone katekholamin dalam
darah karena kemampuan mengendalikan diri saat berpuasa.[11]
Ø Hikmah
puasa bagi kesehatan psikis (kejiwaan)
Puasa
merupakan sarana yang efektif untuk merenovasi jiwa-jiwa yang hamper terperosok
ke dalam lubang-lubang keingkaran, mensucikan diri dari lumuran dosa-dosa
jahiliyah. Dengan kata lain, puasa yang tepat akan bisa mengangkat seseorang
yang telah berkubang dalam maksiat menuju fitrahnya sebagai manusia itu
sendiri.[12]
[13]Selain
hukumnya wajib, puasa juga dapat menjadi sarana latihan agar mampu
mengendalikan diri, menyesuaikan diri, serta sabar terhadap dorongan-dorongan
atau impuls-impuls agresivitas yang datang dari dalam diri. “Ini (merupakan)
salah satu hikmah puasa di bidang kesehatan jiwa,” kata Dr. dr. H. Dadang
Hawari.
Menurut
Dadang Hawari (1995), dalam setiap diri manusia terdapat naluri berupa dorongan
agresivitas yang bentuknya bermacam-macam, seperti agresif dalam arti
emosional, contohnya mengeluarkan kata-kata kasar, tidak senonoh dan
menyakitkan hati (verbal abuse).
Salah
satu ciri jiwa yang sehat adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri.
Pengendalian diri atau self control amat penting bagi
kesehatan jiwa sehingga daya tahan mental dalam menghadapi berbagai stress
kehidupan meningkat karenanya. Saat berpuasa, kita berlatih kemampuan
menyesuaikan diri terhadap tekanan tersebut, sehingga kita menjadi lebih sabar
dan tahan terhadap berbagai tekanan.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara
etimologi, puasa adalah menahan (الإمساك). Secara terminologi, Puasa adalahmenahan diri dari makan
dan minum, dan hasrat seksual mulai terbit fajar hingga terbenam matahari.
Sedangkan menurut hukum syar’i, puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang
membatalkan puasa, dengan niat tertentu, mulai dari terbitnya fajar sampai
tenggelamnya matahari.
Dalam
puasa, ada beberapa keutamaan-keutamaan, antara lain, puasa merupakan amalan
yang bisa menghapus dosa yang dilakukan mukallaf. Puasa juga merupakan ibadah
yang istimewa, juga merupakan hikmah yang utama dalam membentuk akhlak seorang
manusia.
Berkaitan
dengan kesehatan fisik dan psikis manusia, ada banyak sekali hikmah puasa yang
telah diteliti dan dibuktikan, beberapa diantaranya adalah;
a. Bagi
kesehatan fisik
Bagi
kesehatan fisik, puasa sangat berpengaruh baik terutama bagi kesehatan organ
pencernaan. Dengan berpuasa, bisa juga menghindarkan kita dari berbagai macam
penyakit kulit, mencegah penuaan, dan penyakit jantung.
b. Bagi
kesehatan psikis
Puasa
dapat mengembalikan manusia kepada fitrahnya, yang mana sebelumnya seringkali
manusia berbuat maksiat yang sejatinya semakin menjauhkannya dari kefitrahannya
sebagai manusia. Puasa juga merupakan latihan pengendalian diri terhadap
berbagai tekanan/impuls yang bisa menyebabkan stress.
B. Penutup
Alhamdulillahirobbil’alamin,
demikian makalah yang dapat kami susun, kami yakin masih banyak sekali
kekurangan di sana-sini. Maka dari itu kami harap ada kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sehingga apa yang kami bahas dalam makalah ini
dapat berkembang dan menambah wawasan dari para pembaca sekalian. Terimakasih.
IV. DAFTAR
PUSTAKA
Musbikin
Imam, Rahasia Puasa Bagi Kesehatan Fisik dan Psikis, Penerbit Mitra
Pustaka, Yogyakarta 2004
As-Sahir,
Ahmad Ibnu Husain, Fathul Qorib, Maktabah Daar Ihya’i Al-Kutub
Al-‘Arobiyah, Jakarta
Muhaimin,
B.A, Dkk., Fiqh, Penerbit Aneka Ilmu, Semarang 1995
As-Sayyid,
Dr. Rasyad Fuad, Puasa Sebagai Terapi Penyembuhan Berbagai Penyakit,
Penerbit Hikmah, Jakarta 2004
[1] Dr. Rasyad Fuad As-Sayyid, Puasa
Sebagai Terapi Penyembuhan Berbagai Penyakit, Jakarta: Penerbit Hikmah PT
Mizan Publika, Cet. 1 2004, hal. 19.
[4] Ahmad Ibnu Husain As-Sahir, Fathul
Qorib, Indonesia, Maktabah Daaru Ihya’i al-Kutub al-Arobiyah, hal. 25
[5] Imam Musbikin, Rahasia Puasa
Bagi Kesehatan Fisik dan Psikis, Yogyakarta: Mitra Pustaka, Cet. 1 2004,
hal. 2-9
[7] Imam Musbikin, Rahasia Puasa
Bagi Kesehatan Fisik dan Psikis, Yogyakarta: Mitra Pustaka, Cet. 1 2004,
hal. 16
[11] Imam Musbikin, Rahasia Puasa
Bagi Kesehatan Fisik dan Psikis, Yogyakarta: Mitra Pustaka, Cet. 1 2004,
hal. 56
0 komentar:
Posting Komentar